Mengenal Sejarah Pendekatan Fisioterapi Pada LBP (Low Back Pain)


Pendekatan fisioterapi pada pasien dengan nyeri pinggang bawah telah mengalami perubahan besar selama beberapa dekade dewasa ini. Pada mulanya bed rest merupakan pilihan bagi kebanyakan kasus nyeri pinggang. Kemudian pada tahun 1940-an sampai 1960-an banyak praktisi spine merasa bahwa memposisikan fleksi adalah yang paling benar, yaitu dengan cara mengajarkan pasien meratakan pinggang bawah dengan mengontraksikan otot abdominal dan otot gluteus pada posisi tidur dan berdiri (posterior pelvic tilt). Yang kemudian lebih dikenal dengan William Flexion Exercises.

Pada tahun 1970-an teori ektensi menjadi populer berdasarkan pada kerja Robin Mc Kenzie. Basis training ektensi adalah bahwa diskus intervertebralis umumnya herniasi ke arah posterior dan posisi pinggang bawah fleksi, yang seringkali terjadi pada posisi duduk. Dengan mengajarkan pasien latihan ektensi setiap hari dan menghindari posisi fleksi akan mengurangi penekanan pada diskus. Selama tahun 1970-an konsep back school sangat populer. Pada back school pasien diajarkan memelihara sendiri dari nyeri pinggang melalui posisi istirahat, penggunaan es dan penguluran dengan jalan memodifikasi gerakan untuk menghindari tekanan yang tidak semestinya pada tulang belakang. Sepanjang fase ini fisioterapi telah mempunyai alat pengobatan yang lain (modalitas) dan tehnik-tehnik untuk mengurangi nyeri. Antara lain pemanasan, ultrasound, stimulasi listrik, traksi, massage, mobilisasi sendi dan stabilisasi pasif. 


Pada tahun 1980-an di Amerika berkembang pendekatan baru yaitu training stabilisasi. Dan kemudian pada tahun 1990-an muncul istilah training stabilisasi dinamis. Pada training stabilisasi dinamis pasien belajar posisi netral mengurangi tenaga mekanikal yang mengakibatkan kumulatif mikrotrauma pada spine melalui training latihan spesifik yang ditujukan untuk mengontrol stabilitas dinamis dan segmental spine. Kemudian pada tahun 2001 konsep stabilisasi ini dikembangkan oleh peneliti dari University of Queensland Australia yang dipublikasikan pada kongres dunia ke empat Low Back dan Pelvic Pain di Montreal dan muncul istilah Core Stabilization dan Inner Unit (”deep musculo-facial Corset”). Yang kemudian berkembang dengan cepat dan dipakai oleh para instruktur pilates dan profesional di seluruh dunia. Pada kongres tersebut dipresentasikan konsep baru fisioterapi untuk nyeri pinggang dan pelvis yaitu latihan yang mengkombinasikan training proprioseptif dan koordinasi dengan latihan klasik daya tahan dan kekuatan seperti ilustrasi pada gambar 1.


Gambar 1 Konsep baru fisioterapi pada nyeri pinggang dan pelvik Sumber: Journal of the rolf Institute, September 2002, Vol. 30, no 3

Masing-masing pendekatan perawatan spine mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bed rest dan stabilisasi pasif sementara masih cocok untuk durasi yang sangat terbatas dalam beberapa kasus akut dan nyeri pinggang yang berat. Penelitian-penelitian terakhir telah banyak menunjukkan bahwa bed rest dan stabilisasi pasif lebih banyak kerugian daripada keuntungan. Fleksi, sementara cenderung mengurangi penekanan pada elemen posterior tulang belakang seperti pada sendi faset tulang belakang, tetapi fleksi berperan menekan diskus dan pasien sulit menjaga tubuh terus menerus pada posisi pelvic tilt dalam kegiatan sehari-hari. 

Training ektensi telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala yang berhubungan dengan problem diskus tetapi ektensi cenderung menekan sendi faset dan sulit mempertahankan tubuh dalam posisi ini pada kehidupan sehari-hari. Tehnik yang diajarkan pada back school tahun 1970-an dan 1980-an membantu pasien menunjukkan bahwa mereka mempunyai tugas dalam memelihara pinggang mereka dan memberikan beberapa strategi yang berguna dalam penatalaksanaan nyeri pinggang. Tetapi tehnik “body mechanics“, bagaimana melakukannya dalam kehidupan sehari-hari, yang sudah diajarkan sering tidak dipraktekkan. Tehnik gerakan ini berdasarkan pada kehati-hatian dan gerakan-gerakan seperti robot pada seorang pasien nyeri pinggang akut. 

Adalah benar bahwa memelihara posisi spine vertikal dan berjalan dengan kaki diseret kemudian memposisikan tubuh sedekat mungkin tepat di depan objek akan mengurangi beban pada spine. 
Sayangnya cara ini sangat sulit dilakukan dalam tugas sehari-hari. Sebagai contoh adalah tidak mungkin menjaga pinggang bawah tetap ektensi pada saat jongkok untuk meraih sesuatu di lantai dengan trunk vertikal. Meskipun gerakan-gerakan ini dapat mengurangi penekanan pada spine. Jenis gerakan cenderung mengakibatkan kelemahan sehingga tidak dapat diaplikasikan pada aktifitas yang memerlukan kekuatan seperti olahraga, pekerja kontruksi dan lain-lain. Modalitas pasif yaitu pengobatan tanpa partisipasi dari pasien dapat sangat membantu dalam mengurangi nyeri dan spasme otot tetapi secara umum hanya mengurangi nyeri sementara. 

Pada training stabilisasi dinamis gerakan-gerakan tidak harus dengan penuh tenaga, robotik atau lemas, gerakan dapat berubah-ubah serta lebih penuh tenaga. Pasien diposisikan spine netral kemudian diberi training latihan untuk menjaga posisi ini pada berbagai situasi yang berubah-ubah dan kemudian dipraktekkan dalam kegiatan fungsional sehari-hari. Training ini berdasar pada training propriosepsi dan motor relearning model.
…..bersambung

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Mengenal Sejarah Pendekatan Fisioterapi Pada LBP (Low Back Pain) "

Post a Comment

Followers